Selasa, 12 Maret 2024

Ternyata Begini Rasanya Keluar Dari Cangkang


 Assalamu'alaikum

Hai gais~ sudah lama aku ngga muncul di blog ku ini ya. Sejujurnya belakangan aku cukup sibuk. Sibuk beneran kok, bukan sibuk2 an wkwk.

Aku pernah bilang kan ya kalau aku punya proyek. Nah.. proyek itu InsyaAllah akan dirilis tahun ini, mohon doanya.

Tapi sebelum proyek itu kelar, sebenarnya aku sudah mengelarkan proyekku yang lain, Alhamdulillah. Jadi, akhir tahun lalu aku berkesampatan membuka toko ku sendiri. Aku bersyukur antusias orang2 cukup baik walau aku masih punya banyak kekurangan.Selain buka toko, aku juga masih berstatus sebagai guru ekstrakulikuler bahasa Inggris di sebuah SD Islam. Rencananya sih aku memutuskan untuk resign akhir semester ini karena tentu saja aku ingin lebih fokus ke proyekku juga.

Ada hal yang menarik selama aku meniti karirku perlahan lahan. Sejujurnya, aku yang introvert ini lebih suka dan memilih untuk menghindari bertemu dengan manusia. Tapi aku tersadar bahwa aku ngga bisa selamanya seperti itu. Mau tidak mau aku membutuhkan orang lain. Mungkin dulu aku berlindung di balik nama dan jabatan ayahku jadi aku merasa sangat nyaman dan aman.

Tapi semenjak kepergian ayah, aku jadi tersadar bahwa (atas izin Allah) aku harus mulai berusaha berdiri dengan kakiku sendiri. Dari kesibukan bekerja dan mengurus ini itu aku jadi sadar beberapa hal penting.

Dulu aku hanya tau cara menghabiskan uang dengan cepat, sekarang aku jadi sadar betapa berharganya pundi pundi rupiah itu. Aku juga jadi tau bahwa anak muda harus buang jauh2 gengsinya. Termasuk pekerjaan setelah lulus. Ngga bisa munafik, bahwa bagaimanapun kita butuh uang. Sedekah pun juga butuh uang.

Di saat aku bekerja dan berbisnis, selain belajar soal uang, aku juga belajar cara bersosialisasi dengan orang lain. Menariknya, ada banyak kisah menarik milik para pelangganku. Dari sini aku sadar bahwa semua orang memiliki ujiannya masing2. 

Soal percintaan, ya masih gitu2 aja. Aku merasa itu bukan prioritas sekarang. Keluarga dan karir aku rasa lebih penting. Semoga suatu hari nanti aku dan barangkali kamu yang lagi baca blog ini bisa bertemu orang yang tepat di waktu yang tepat.

Gitu aja ya.. 

Selamat menjalankan ibadah di bulan Ramadhan semuanya...

Have a nice day~

Wassalamu'alaikum..



Continue reading Ternyata Begini Rasanya Keluar Dari Cangkang

Minggu, 30 April 2023

Misi lewaaaaat

Assalamu'alaikum 

Hai hai hai semuanyaaa. Moga kabar kalian baik baik aja ya. Udah setahun lebih dari terakhir aku nulis di blog ini ya. Dan sekarang usiaku udah seperempat abad waw waw. Waktu berjalan begitu cepat sampai terkadang bikin aku sedih aja, gitu. 

Tahun ini rasanya begitu riweh sama banyak urusan.  Pingin banget rasanya ngeluh di sini. Tapi setelah kupikir pikir kayaknya harusnya blog ini bukan ajang buat ngeluh ya kan. Mungkin aku bakal ngeluh ke doiku aja kali ya kapan2 kalau punya. Ceilehhh. 

Ngomong2 soal doi,  aku masih jomblo dan yang dulunya aku bangga dengan pencapaian ini, sekarang justru aku jadi agak khawatir.  Apa aku yang terlalu pilih2 ya..  Terakhir sih ada temenku yang dulu sekampus ngajak nikah, terus langsung kucuekin chat dia gegara aku ngerasa apa2an nih orang dikira nikah kayak kerja kelompok apa ya. Tapi yaudahlah ya semoga standarku bisa dikondisikan sama dunia nyata dan realita. 

Kayaknya aku beneran harus ngelepas sosok Rex Rasyad deh biar standarnya jadi standar aja gitu. Dan bicara soal Rex nih ya... Ada satu orang yang secara fisik cukup mirip sih. Namanya Daniel Soekarno, yang kapan waktu sempet viral gara2 sweet banget waktu ngobrol sama ibunya.  Mungkin itu gambaran Rex versi rada bule. 

duh gapenting banget ya cuap2ku.  Sebenarnya banyak banget yang pingin kutulis.  Tapi mungkin akan kutunda dulu.  Semoga saat nulis di halaman berikutnya, aku bisa woro2 kalau aku udah ngga single lagi. Tapi single juga gapapa sih wkwk. 

See you soon.  Baik2 ya semuanuyaa.  Doakan projekku tahun ini lancar jayaaa. 

Continue reading Misi lewaaaaat

Minggu, 27 Februari 2022

Aku Jatuh Cinta sama Rex Rashad! Gimana dong?!

 Hai semuanyaaaaa. Lama ngga jumpa. Aku harap kabar kalian baik dan sehat wal 'afiat.  Ini lebih dari setahun sejak terakhir aku nulis di blog ini.  Karena ya sejujurnya aku sekarang lagi ada di masa dimana aku mulai berusaha bangkit dari duka dan keterpurukan. 

Tema kali ini bukan tema yang suram so,  aku akan cuap2 happy tentang my crush aja deh ya..  Cekidottt

Fyi, empat hari lagi umurku akan menginjak 24 tahun. Waktu berjalan begitu cepat dan untuk banyak alasan, aku jadi semakin was was dengan kehidupan. Salah satu hal yang aku pikirkan di otak adalah hal yang menyangkut asmara. Percaya atau tidak yorobun...  Aku itu jomblo dr lahir. Tepuk tangaaaan hahahahaha (tertawa bangga disambi miris).  

Setelah kupikir2 aku bukannya ngga laku. Ada kok yang ngedeketin walau kebanyakan secara singkat kutolak.  Cumaaann standarku sepertinya jadi agak tinggi atau bahkan sangat tinggi sejak aku mengenal my crush. 

Ironisnya my crush itu adalah sesosok tokoh novel yang bisa ketemu di mimpi aja sudah syukur walhamdulillah. Tanpa banyak cing cong lagi, kuperkenalakan My Crush, yaitu... Saudara Rex Rashad  :)))) 

Aku sdh kenal Rex dr sebelum tahun 2016 dan benar2 jatuh cinta kepadanya setelah aku selesai menamatkan buku ke empat atau buku terakhir dari seri The Chronicles of Audy. Aku punya keempat buku dr seri tersebut dan membaca berulang ulang hanya untuk bertemu atau mempertemukan diri dengan Rex Rashad.  Sebenarnya setelah kupikir2 lagi,  aku jadi tampak agak menyedihkan. Jatuh cinta kepada tokoh novel itu nampak cukup miris karena bahkan aku tidak akan pernah melihat wujudnya di dunia nyata walau setiap hari aku berharap akan ada titisan wujud dr tokoh tersebut. 

Jika dihitung2, sdh lebih dari 5 tahun aku berharap kepada Rex dan itu masih akan terus berlanjut. Aku harap aku bisa segera move on dan sepenuhnya sadar bahwa mengharapkan sosok Rex adalah mustahil adanya.  Rex tidak akan menghampirimu Zilfa, sadarlah! 

Tapi melepas Rex tentu tidak akan mudah.  Di hatiku yang paling dalam aku tetap mengharapkan kemunculannya dan itu sebenarnya cukup menyiksa. Dan ini berpengaruh terhadap kehadiran manusia nyata, i mean cowok2 di dunia nyata yg kini seringkali jadi terlihat tidak terlalu menarik lagi. 

Aku juga bukannya mau menjomblo terus dan menunggu Rex yang tidak akan pernah kunjung datang, tapi...  Ah entahlah. Kadang aku masih percaya bahwa sosoknya bisa jadi ada di dunia nyata. Penulisnya barangkali mendapatkan ide membuat tokoh tersebut krn terinspirasi dr sesuatu bukan? 

Aku cukup terlihat menyedihkan? Dengan ini, apa aku menyedihkan?  Haha

Baik, jadi seperti apa Rex itu?  (Biar kutunjukkan, agar barangkali ada yang menemukan sosoknya saat berjalan2 di daerah jogja atau kampusnya di MIT,  bisa segera menghubungi aku haha) 

Sosok rex digambarkan dengan tubuh jangkung kurus, mata seperti Keanu Reeves versi sipit, dengan kulit pucat, rambut bergelombang menutupi sebagian mata, alis yang sering mengkerut serius, serta lesung pipit yang hanya keluar sekali selama empat buku itu kubaca sangking jarangnya dia tersenyum (jika tersenyumpun biasanya ia hanya bisa tersenyum miring atau tersenyum samar tipis2). 

Dia si jenius dengan IQ 152 dan berhasil diterima di MIT serta memenangkan essay internasional bernilai sepuluh ribu dollar. Berbeda dengn kebanyakan tokoh idaman yang digambar atletis dan kuat,  Rex merupakan pengidam asma berat sehingga dia harus sering menggunakan masker kesehatan serta menghirup banyak2 inhalernya. Dia juga tidak bisa menggunakan parfum wewangian seperti kebanyakan orang dan menggantinya dengan minyak essential peppermint sehingga mendengar nama Rex membuat aku langsung teringat dengan wangi peppermint. Fyi, aku sampai ikut menggunakan minyak ini juga dan sempat menanam tanaman peppermint di halaman belakang :)  sangking ingin ikut mencium aroma khas dr Rex ini. 

Walaupun Rex tidak berbadan sehat, tp rex merupakan sosok yang mandiri banget. Dia jago memasak, bersih2, berkebun, dll. Selain itu dia cinta kebersihan dan itu adalah salah satu tipe cowok yang kusuka banget. Rex tidak boleh menghirup debu untuk menghindari asmanya jadi dia makin2 sangat menjaga kebersihan.  Selain itu dia punya kebiasaan membaca buku dimanapuuun. Termasuk saat makan. Pengetahuannya luas dan dia hidup dengan rasional dan efisien. 

Fyi, aku mengidamkan kencan di perpustakaan atau toko buku dan sosok Rex kuanggap sempurna untuk hal itu. 

Rex tidak banyak bicara, dan sekalinya berbicara itu adalah hal2 yg cukup penting untuk dibicarakan.. Jadi, aku suka kesunyian yang berfaedah ini. Sejujurnya aku tidk terlalu suka tipe yg terlalu banyk bicara dan bercanda dengan cukup berisik bin norak. Aku suka situasi atau suasana yang cukup sunyi dan serius karena akupun tipe yang sering kali tidak banyak bicara. 

Karena rex berbeda dengan kebanyakan cowok yg pernh kulihat,  maka cara dia mengungkapkan rasa suka kepada orang yg dia suka jg berbeda. Dia menghubungkan rasa suka dengan hal2 rasional dan juga teori dr tokoh seperti plato dan aku merasa itu jadi suatu hal yang cukup "seksi" dan tidak biasa.

Oiya, Rex ini digambarkan sebagai anak SMA usia tujuh belas tahun (dibuku terakhir dia berusia 18 tahun)  dan tokoh ceweknya berusia 22 tahun, yang berarti perbedaan dia dan tokoh cewek tersebut adalah hampir 5 tahun. Gara2 si Rex ini, aku jadi membuat dan merelakan diriku ikhlas kalau2 suatu hari nanti dapat berondong muda.  Kalo berondongnya kayak rex,  aku mah ikhlas lahir batin.  Padahal sebelum ada si rex ini,  aku merasa bahwa ideal sebuah pasangan adalah kalau usia cowonya lebih tua bahkan sampai 5 tahun. Sungguh, Rex merubah pikiranku tentang hal itu haha. 

Walaupun banyak orang yg merasa bahwa perpaduan antara aku dan rex adalah perpaduan dr kutub magnet yang sama,  sehingga tidak saling tarik menarik, tapi tetap saja... Aku menyukai Rex dan aku jatuh cinta kepadanya. 

Dan.  Itu saja.  Aku rasa cukup cuap2 nya. 

Kemudia, untuk Rex, dimanapun kamu berada..  Aku harap kamu tahu bahwa aku akan jadi penggemar nomor satumu dan aku harap kita bisa segera ketemuuuu.  Hadiri mimpiku malam ini ya Rex. Aku akan menghadiahi kamu dua botol minyak essential peppermint :).  



Continue reading Aku Jatuh Cinta sama Rex Rashad! Gimana dong?!

Minggu, 13 Desember 2020

Ada Apa Denganku dan MAN INSAN CENDEKIA?

 Assalamu'alaikum semuanya... 

Bismillah... 

Jadi di sini aku mau ngeshare pengalaman menarik yang InsyaAllah tidak akan terlupa seumur hidup. Tentang sebuah sekolah yang mostly kebayang-bayang di otakku bahkan setelah aku lulus. 

Yap. MAN IC Serpong. 

Aku adalah anak biasa aja. Aku bukan si jenius yg banyak memenangkan medali olimpiade. Dan aku dulunya merupakan anak pesantren yang basic nya lebih ke bidang agama. Mungkin ketika masa MTs, aku bisa dibilang cukup pintar. Tapi itu karena aku rajin dan ambisius. Jadilah kebetulan aku bisa berada di posisi anak2 yang mendapat ranking atas. 

Awalnya, aku ingin melanjutkan sekolah di kotaku. Aku suntuk di pesantren dan ingin kembali pulang. Tapi takdir berkata lain. Ayahku ingin aku mencoba tes masuk sekolah bergengsi yang dibawahi Kemenag bernama MAN IC Serpong. Agar tak banyak perdebatan, akupun menuruti beliau. Dengan persiapan seadanya. Dengan mental seadanya. Walhasil (aku yakin doa orang tuaku sangat kuat)  Alhamdulillah aku keterima dan kedua orang tuaku pada saat itu sangat senang dan bangga. 

Aku masuk ke IC pada tahun 2013 dan Alhamdulillah bisa lulus di tahun 2016. Dan yang jadi poin pentingnya di sini, dengan jujur aku ingin mengatakan bahwa aku bersyukur bisa masuk IC tapi sayangnya, aku merasa tidak bahagia. Bukan. Bukan salah sekolahnya. Tapi ini tentang akunya. 

IC yang dulu berbeda dengan yang sekarang. Hanya ada tiga IC pada saat itu. Serpong, Gorontalo, dan Jambi. Angkatanku tidak dituntut membayar uang asrama dan sekolah. Benar-benar gratis. Aku bersyukur. Alhamdulillah. 

Tapi... 

Aku tahu membalikkan waktu itu mustahil. Namun, jika disuruh memilih lagi, aku tidak yakin apakah aku akan memilih sekolah ini untuk kujadikan tempat menghabiskan waktu untuk masa2 SMAku. 

IC adalah sekolah luar biasa dengan teman2 dan guru2 luar biasa, serta fasilitas yang mumpuni. Tapi apa yang kita terima, tentu harus sebanding dengan apa yang kita perjuangkan. Tekanan di sekolah ini, juga sangat luar biasa. 

Jadwal padat, aturan ketat, tuntutan berat. Aku yang anak biasa ini kerap kali ingin menyerah. Bayang-bayang DO karena nilai tidak mumpuni, juga sering menghantui. Aku saat itu benar-benar lelah. Alasan aku bisa bertahan adalah karena Allah SWT dan juga keluargaku. 

Belajarku di ic sangat kacau. Aku yang fisiknya bisa dibilang lemas, merasa bahwa hampir setiap hari adalah "latihan militer".  Di kelas aku tak bisa konsentrasi. Di asramapun aku sering mengantuk karena lelah. Alhasil, otakku tidak bisa bekerja dengan maksimal. Aku sering mendapatkan remidi, terutama di bagian pelajaran sebangsa matematika. 

Aku yakin bahwa aku bisa melakukan lbh baik dari itu. Tapi, beratnya tekanan dari berbagai aspek, juga rasa minder yang begitu besar membuat aku menjadi pasrah dengan keadaan dan membiarkan dunia menganggapku sebagai bagian dari "orang2 yang terlihat menyedihkan". Aku ingin melakukan pembelaan. Bahwa sebenarnya dari awal aku blm terlalu siap menghadapi sistem yang seperti ini. Tapi sebenarnya aku mampu dan tidak seburuk itu. Aku belum menunjukkan kemampuanku secara maksimal, karena mostly setiap hari otakku berpikir tentang bagaimana bertahan dan bukannya bagaimana berkembang. 

Aku merekomendasikan sekolah ini untuk anak2 berhati baja, berfisik sehat, dan memiliki semangat belajar menjulang. Jika, anda termasuk orang2 yang datang bukan karena kemauan sendiri. Atau termasuk orang yang ingin sistem belajar efektif dan santai... Tolong pikirkan lagi. Sekolah di IC bukan main-main. Apalagi untuk orang2 yang galauan sepertiku. 

Continue reading Ada Apa Denganku dan MAN INSAN CENDEKIA?

Sabtu, 21 November 2020

Hai Semuanya!

 Assalamu'alaikum gaess. Jadi... Aku mau ngomong kalo aku untuk beberapa waktu seterusnya InsyaAllah ngga akan ngepost cerita. Sebagai gantinya, aku bakal nulis apa yang ingin aku tulis. Ini tuh aku lagi masa2 skripsian... Sometimes ada waktu santai yg aku ciptakan. Wkwkwk dah gitu aja. Thanks. Bubye.... 

Wassalamu'alaikum....

Continue reading Hai Semuanya!

Sabtu, 08 Agustus 2020

Minggu, 05 Juli 2020

CERBUNG: SAKURAYA (PART 6)

HOLIDAY? 

There are some people who say that ...

Life doesn't bring happiness. Life is useless. Life is annoying.

But, have they ever thought that patience and a smile can make their life become more valuable?

"Sudah dulu ya, Bu..." aku menutup pembicaraan panjang kami di telepon.

"Titip salam buat Ayah juga..." tambahku, kemudian menekan tombol merah di layar dan menaruh ponselku ke dalam keranjang belanjaanku.

Sore ini aku sedang berada di minimarket yang bersebrangan dengan gerbang masuk perumahanku. Karena besok aku akan menyetir pagi-pagi sekali, aku memutuskan untuk menyiapkan beberapa amunisi agar tidak kelaparan di tengah perjalanan.

Aku memasukkan beberapa bungkus coklat silverqueen ke dalam keranjang, lalu berjalan santai ke arah rak sari roti. Saat aku memasukkan beberapa bungkus roti coklat ke dalam keranjang, seorang gadis berkuncir tak sengaja menabrak punggungku dengan punggungnya.

"Hati-hati..." ujarku pelan seraya menoleh dan mendapatinya justru tengah menatap lurus ke arah pintu masuk minimarket. Sepertinya dia tidak sadar bahwa ia telah menabrakku.

Tak ingin ambil pusing, akupun berjalan pergi meninggalkannya menuju ke showcase cooler yang terletak di pojokan.

"Eh, lihat deh! Itu model, apa ya?!"

Seorang tante berlipstik merah berbisik cukup keras kepada kawan di sampingnya.

"Iya, mungkin... Wong kelihatan tinggi banget, gitu..." balas kawan tante tersebut tanpa mengecilkan suara.

"Tapi sayangnya ya, ditutupin semua wajahnya... Kan aku jadi ngga bisa liat!"  tambahnya gemas.

Duh tante-tante... apa-apa harus diomongin gitu ya? Heran, deh!

Aku meruntuk di dalam hati sembari memasukkan tiga botol pocari sweat ke dalam keranjang belanjaan.

"Tapi ya, masa segitunya sampai pake sarung tangan... Kayak di kutub utara aja!"

Ucapan kawan tante berlipstik merah yang terdengar agak medok, segera berhasil menghentikan aktivitasku yang sedang menutup pintu showcase cooler.

Sarung tangan? Sepertinya tidak asing...

Dengan cepat, kutolehkan kepalaku kepada sang tante, kemudian mengikuti ke arah mana ia memandang. Aku segera terlonjak dan secara otomatis berusaha menyembunyikan diri setelah berhasil menutup pintu showcase cooler dengan sedikit bantingan.

Walaupun aku sudah menduganya, namun aku tetap merasa kaget setelah melihat dengan jelas bahwa 'model' yang para tante ini bicarakan adalah seorang Rai yang mana kini sedang berjongkok dengan tenang di depan rak susu kemasan. Tak ingin berpapasan dengan Rai, dalam mode mengendap-endap, akupun segera melanjutkan acara belanjaku.

Acara belanjaku kini terasa menegangkan, namun entah mengapa sedikit terasa lebih asik. Sesudah mengambil tissue basah yang merupakan belanjaan terakhirku, aku berjalan pelan menuju ke arah kasir.

"Syukurlah..." ucapku lega ketika mendapati bahwa Rai sepertinya sudah keluar dari minimarket.

Setelah menerima dua lembar uang kembalian dari mas-mas kasir, aku berjalan riang keluar dari minimarket. Ada perasaan bangga yang menyeruak disebabkan keberhasilanku menghindari Rai tadi. Sepertinya aku memiliki sedikit peluang untuk bisa masuk ke FBI atau CIA, disebabkan kehandalanku mengendap-mengendap.

"Aw... aw... apa-apaan!?" aku tersentak kaget.

Di tengah acara 'memuji diri sendiri'ku, ada seseorang yang dengan beraninya menarik kasar tudung hoodieku ke belakang.

"Ngapain, sih?"ucapku geram sambil memegangi kerah hoodieku yang ikut tertarik. Aku menoleh dengan hentakan keras sehingga tarikan orang tersebut berhasil terlepas seketika. Mataku segera melebar setelah mengetahui siapa pemilik tangan lancang itu.

Di hadapanku, Rai tengah berdiri tegap, sambil menatapku dengan datar. Aku bergidik ngeri. Sejak kapan Rai ada di sini? Bukankah ia sudah keluar dari tadi?

"Hai!" Sapanya lempeng.

"Oh.. H.. Hai!" balasku terbata.

Tunggu dulu. Kenapa aku malah jadi gagap? Harusnya kan sekarang aku marah!

"Rai, kamu ngap..."

"Nih..." ucap Rai memotong pembicaraanku sembari menyodorkan dua kotak susu coklat di depan hidungku.

Kutatap mata bersoflen coklat dibalik topinya dengan heran. Kenapa tiba-tiba ngasih susu?

"Ambil!" perintahnya dengan suara yang terdengar lebih berat dari biasanya.

Karena tak menemukan alasan untuk mengambil susu kemasan tersebut, akupun hanya bergeming memandanginya.

"Haah..."

Rai mendengus pelan kemudian menarik tas keresek belanjaanku dan memasukkan kedua susu kemasan tersebut ke dalamnya. Untuk beberapa saat, aku merasa sangat bersyukur karena detik ini tak ada seorang pun yang sedang berada di depan minimarket dan menyaksikan adegan konyol serah terima susu barusan. Pakai acara tarik-tarik hoodie segala, lagi!

"Hei..."

Rai kini mendekatiku dan menjangkau tudung hoodieku dengan tangannya yang besar. Refleks, akupun langsung menundukkan kepala karena takut dia akan menarik hoodieku lagi.

"Maaf, tadi aku narik hoodiemu. Ini aku balikin lagi..." ujarnya sambil memakaikan tudung hoodieku ke kepalaku.

Sangking kagetnya, aku hanya bisa terdiam dan tidak terlalu merespon. Sebenarnya dia sedang ngapain? Akting jadi anak baik?

"Hari ini udara dingin," ucapnya pendek dengan nada serius.

"Aku tahu kamu mudah kedinginan dan..." kalimatnya yang menggantung, membuat aku mau tak mau mendongakkan wajahku untuk menatap wajahnya.

Saat itu juga, pandangan kamipun bertemu. Setelah mengedipkan matanya beberapa kali, Rai menelengkan kepala dan menundukkan wajahnya ke arah wajahku. Matanya kini seperti menilai sesuatu.

"Ziemlich hübsch ( Jerm: cukup cantik)," gumamnya sambil menurunkan tangannya dari tudung hoodieku, kemudian berbalik meninggalkanku.

Aku menarik nafas berat. Aroma kasturi Rai masih tertinggal di udara, walaupun ia benar-benar telah meninggalkanku. Dia bahkan tidak merasa perlu membalikkan badan untuk mengecek apakah kondisiku kini baik-baik saja, setelah apa yang ia lakukan.

Sepertinya Rai mempunyai alergi mie ayam yang menimbulkan otaknya menjadi sedikit kurang waras dan membuatnya melakukan hal-hal yang membingungkan.

Aku menghembuskan nafas panjang sembari melangkahkan kaki untuk pulang.

Walaupun aku tak tahu artinya, aku cukup terganggu dengan gumaman yang diucapkan Rai sebelum ia pergi. Kuharap, gumaman tersebut bukan merupakan sebuah umpatan dalam bahasa Jerman atau semacamnya.

Ya. Semoga saja.

***

Pagi yang indah dan menegangkan. Hari ini aku akan berlibur dengan Ita dan Mayang, dan aku sudah harus berangkat dini hari sekali. Kemarin sepulang dari minimarket, aku memutuskan untuk tidur lebih awal agar di tengah malam aku bisa bangun dan mempersiapkan semuanya tanpa diketahui oleh Dion dan Dava.

"Oke... Let's go!" Bisikku sambil menyalakan mesin mobil dengan hati berdebar.

Tanpa berniat untuk turun dan menutup gerbang garasi setelah ini, aku memasang gigi dan menginjak gas meninggalkan rumahku yang seperti menatapku dengan penuh peringatan.

Aku memang sengaja untuk meninggalkan jejak. Toh, nanti aku akan ketahuan juga. Di samping, ini adalah salah satu caraku untuk memberi tahu orang rumah bahwa aku bisa melakukan apa yang kumau dan aku akan baik-baik saja.

Trrr trrrr trrr

Kulirik ponselku yang bergetar di atas dashboard mobil.

"Hallo, Ay!" Suara jernih Mayang segera terdengar begitu aku menekan tombol loadspeaker. Dava pasti akan marah jika sampai tahu bahwa aku berani berkendara sambil mengangkat telpon menggunakan cara manual seperti ini.

"Hai, May! Aku udah di jalan."

"Ah! kamu wis di jalan? Bahaya toh kalo ngangkat telpon?! Kututup dulu deh, ya..." Mayang terdengar merasa tak enak.

"Eh. Nggak papa, May!" Cegahku segera.

"Ya?"

"Temenin aku nyetir dengan cara ngobrol..." kataku sedikit memohon.

"Wah... dengan senang hati, Ay..." ucap Mayang riang pada akhirnya. Ada sedikit nada heran yang terkandung dalam suaranya.

Aku tersenyum kecil. Pasti sekarang Mayang menganggap aku sedikit aneh karena ingin mengajaknya ngobrol.

"Jadi, hari ini kita jadinya nang ndi?" tanya Mayang medok.

"Belum tau May," ujarku jujur.

"Lah, kok?"

"Nanti kita diskusiin lagi waktu ketemu Ita,"ucapku pendek, yang mana segera kusesali.

Harusnya aku menjawab dengan kata-kata lain seperti, 'kalo kamu, pinginnya pergi ke mana?' atau sejenisnya. Jika seorang Mayang mengobrol denganku, pastinya obrolan tersebut tidak akan muncul begitu saja seperti jika aku mengobrol dengan Ita yang memang memiliki banyak topik untuk dibahas.

Aku berdehem beberapa kali setelah Mayang hanya menanggapi ucapanku dengan, "Ah, iya..." dan kemudian terdiam.

"May..." ucapku berusaha memulai pembicaraan lagi.

"Ya?"

"Tentang café kucing..."

"Ya?!" kali ini Mayang berseru dengan penuh minat.

"Coba kamu ceritain ke aku dimana dan gimana wujud tempatnya," kataku berusaha terdengar tertarik.

Setidaknya ini adalah cara yang kubisa agar Mayang mau meneruskan obrolannya denganku. Sejujurnya, kini aku merasa sedikit mengantuk dikarenakan belum tidur sejak tengah malam, dan aku sangat butuh teman ngobrol untuk tetap terjaga.

Mayang menceritakan detail mengenai café kucing, berikut dengan nama-nama kucing dan owner café tersebut. Aku sebenarnya tidak begitu mendengarkan dan sesekali hanya menyautinya dengan mengatakan 'wow!' atau 'keren!' agar Mayang merasa bahwa ia sedang didengarkan.

Cerita Mayang mengenai café kucing begitu panjang, hingga bisa menemaniku, sampai aku tiba di depan rumah Ita yang berada di pinggir jalan besar.

"May, aku sudah sampai depan rumah Ita," ucapku sambil membuka sabuk pengaman untuk meregangkan otot.

"Wah, wis sampek? Yowis, Ay... aku tak siap-siap dulu kalo gitu. Cerita café kucingnya tak lanjutno nanti, ya..."

"Haha. I.. Iya," ujarku ragu. Aku sungguh tak yakin apa nanti aku masih berselera untuk mendengarkan lagi cerita tentang café kucing darinya.

"Kututup ya, May... Itanya udah nongol," kataku sembari menekan tombol merah di layar begitu Ita mengetuk kaca mobilku dengan cengiran.

"Masuk, Ta!" kataku setelah menekan tombol locking system untuk membuka pintu mobil.

Begitu Ita membuka pintu mobil, dia tidak bergerak masuk dan justru menatapku bingung.

"Ada apa, Ta? Ayo, masuk!" seruku heran.

"Btw, Ay..." ucapnya ragu.

"Ya?"

"Kita sebenarnya liburan berberapa orang?" tanyanya hati-hati.

"Bertiga." Jawabku pendek.

"Bertiga itu siapa aja ya, Ay?" Ita menerka-nerka dengan konyol.

"Aku, kamu, Mayang, kan!?" kataku pasti.

"Lo yakin, Ay?"

"Aduh Ta! Buruan masuk! Keburu macet, nih!" Seruku gemas. Untuk apa sih, sesi tanya jawab ini?

"Tapi, Ay..." wajah Ita kini terlihat sedikit ngeri sambil terus menatap ke arah bangku tengah. Tiba-tiba firasatku berubah menjadi tidak enak dan akupun mulai merinding.

"Tapi, apa Ta?" tanyaku sedikit panik tanpa menoleh ke belakang. Tidak mungkin ada hantu penasaran siang-siang begini, kan?

"Tapi kenapa kamu ngga izin dulu kalau mau keluar, wahai anak muda?" jawab suara berat dibelakangku yang seketika membuat aku bergidik.

Aku menolehkan kepalaku ke arah kursi tengah dengan cepat.

Saat itu juga, aku melihatnya tengah duduk sambil melipat tangan di depan dada dengan muka mengintograsi.

Aku segera memegangi kepalaku yang tiba-tiba terasa pusing, kemudian mendengus pelan.

Si menyebalkan ini...

Bagaimana mungkin, dia bisa ada di sini?

***











































Continue reading CERBUNG: SAKURAYA (PART 6)